Kabar Baik dari Program TAKENUSA: Berbagi Pengetahuan untuk Menguatkan Kemampuan Bidan untuk Layanan KB 

Semangat no one left behind (tidak ada satupun yang tertinggal) itulah yang ada di dalam benak Bidan Serlina Jawa Mukin. Setelah mengikuti pelatihan Keluarga Berencana (KB) yang diselenggarakan Yayasan IPAS Indonesia pada Desember 2023, ia bersedia membagikan ilmunya kepada bidan yang tak mengikuti yang bertugas di desa sebelahnya.  

“Saya pribadi, setelah mengikuti pelatihan itu saya merasa teman bidan lain berhak mendapatkan [ilmu dari pelatihan] ini,” kenang Bidan Serlina. 

“Saya ragu waktu itu untuk [membagikan dan memberikan asistensi ke bidan lain], saya bilang ini menyalahi aturan atau tidak, makanya saya konsultasi dengan Yayasan IPAS Indonesia,” imbuhnya.  

Pada saat itu, Bidan Serlina mengaku, ada seorang bidan dari Desa Lewoawang yang meminta dia untuk memberikan asistensi klinis. Bahkan ada juga bidan senior yang membutuhkan bantuan transfer ilmu dan juga wawasan dari pelatihan yang ia ikuti.  

Desa Lewoawang jaraknya sekitar 5 kilometer dari tempat Bidan Serlina bertugas. Medan menuju desa tersebut lumayan berbahaya karena dikelilingi tebing. Perlu kewaspadaan yang tinggi untuk melintasi jalan tersebut karena kerap ada longsoran batu dari tebing tersebut.  

Biasanya, untuk asistensi ini, ia akan membuat janji temu terlebih dahulu. Setelah ada kesepakatan, ia kemudian akan berkunjung ke desa tersebut. “Asistensinya itu kurang lebih ada empat bidan, dua bidan dari Desa Lewoawang dan dua bidan dari Puskesmas Ile Bura,” ujar Bidan Serlina.  

Selama masa pendampingan, ia merasa, bidan-bidan tersebut hanya belum terbiasa untuk melakukan pemasangan alat kontrasepsi. “Karena selama ini hanya melihat senior atau teman-teman bidan yang sudah melakukan sudah mengikuti pelatihan, hanya lihat saja untuk sentuh pasangnya [mempraktikkannya] itu belum,” tegasnya.  

Ia menambahkan, bidan yang ia berikan asistensi itu terkadang belum mendapatkan informasi terkait dengan peralatan yang mutakhir, seperti penggunaan alat pemasangan metode implan yang baru.  

“Sekarang [metodenya] baru, jadi mereka mulai dengan pengetahuan baru lagi, cara-cara segala macam itu [pemasangan], mereka seperti mulai dari awal lagi,” imbuhnya.  

Selain berkunjung ke desa sebelah, ia juga menerima rekannya untuk melihat secara langsung di tempat Bidan Serlina praktik. Ia menerima dengan senang hati inisiatif tersebut. Meski begitu, ia ingin memastikan bidan yang ingin belajar darinya harus datang sebelum pasien datang.  

“Jadi satu jam sebelum [pasien] datang, mereka sudah di tempat sehingga saya bisa sampaikan hal-hal penting, sehingga [sebelum memasang] kita sudah siap. Jadi teman-teman diberikan penjelasan dulu. Penjelasan itu bukan hanya di tindakan pemasangan tapi mulai dari pengisian register, pengisian semua lembaran yang disiapkan,” imbuhnya.  

Bidan Serlina menegaskan, dalam memberikan layanan KB, “dasarnya harus punya pengetahuan jika dalam tindakan ada  kesalahan kita langsung bisa menemukan jalan keluarnya.” Dari pelatihan KB itulah, ia mendapatkan banyak pengetahuan bukan hanya untuk dirinya tetapi juga bisa berbagi dengan bidan lainnya.  

Scroll to Top